Sumedang, Bukan Hanya “TAHU”

February 17, 2020

Sumedang

Sampurasun!!!!. Siapa sih yang tidak tau dengan Sumedang? Saya rasa hampir semua orang tau dengan Kata Sumedang. Kami saja yang tinggal di Sumatera sangat akrab dengan kata Sumedang, apalagi mendengar kata Tahu Sumedang, ya benar sekali, Sumedang sangat dikenal dengan Tahu Sumedang-nya, bahkan banyak yang menjual Tahu Sumedang di Kota saya, Sungai Penuh Provinsi Jambi, setiap yang berjualan Tahu Sumedang keliling, selalu berasal dari Sumedang. Selain Tahu nya enak, penjualnya juga ramah. Pasti lah, kan USA (Urang Sunda Asli).

Walaupun saya sendiri memiliki darah Sunda yang berasal dari Ayah saya yang dulunya buyut dari ayah saya yang berasal dari Tanah Sunda sana merantau ke Jambi untuk sebuah penghidupan, tapi saya tidak pernah menginjakan kaki di Tanah Pasundan, bahkan sampai sekarang pun saya belum pernah ke Tanah Pasundan, tetapi sebagai seorang keturunan Sunda, cinta kepada Tanah Leluhur saya tidak luntur bahkan tidak pernah. Bahkan ada yang bilang kalau belum menginjakan kaki di Tanah Sunda, berarti belum sah Sundanya, walaupun ada darah Sunda. hmmm. Segitukah?

Beberapa buktinya bahwa saya mencintai tanah leluhur, saya pun belajar Bahasa Sunda? Dengan siapa saya belajar bahasa Sunda? Saya belajar bahasa Sunda dari teman saya di Facebok, karena ketika kami berkenalan di Facebook, dia mengatakan bahwa (USA) Urang Sunda Asli) harus bisa berbahasa Sunda, sehingga dia pun mengajarkan saya bahasa Sunda, walaupun akhirnya saya bisa berbahasa Sunda walaupun dengan logat agak Sumatra dan yang kasanya. Jadi harap maklum.

Mendengar lagu atau tembang Sunda? Ini sudah dimulai dari saya kecil hingga sekarang pun saya senang mendengarkan lagu Sunda. Walaupun di Sumatera kami mungkin hanya medengar lagu Sunda yang populer saja seperti yang dibawakan oleh Doel Sumbang dengan Linunya, Kang Darso Hayang Kawin atau Teh Nining Meida dengan Anjeunnya. Dan saya yakin banyak orang yang tidak berasal dari Sunda juga sangat senang mendengarkan tembang Sunda, seperti Neng Geulis serta yang tidak kalah enak di dengar adalah lantunan musik dari Kecapi Kawih, Sabilulungan. Seperti liriknya Sabilulungan, urang gotong-royong, Sabilulungan, urang silih rojong, Sabilulungan, genteng ulah potong, Sabilulungan, persatuan tembong, Tohaga, rohaka. Pasti sudah ada yang mendengarkannya kan? Kalau belum ayo segera googling. Enak lo, apalagi mendengar irama kecapi yang di iringin oleh suling khas Sunda, ditambah lagi mendengarnya di areal persawahan.

Dan akhir-akhir ini pun saya pun mempelajari Kecapi Kawih Sunda, yang mana YouTube pun lah yang mengajari saya, karena ada banyak tutorial di dalamnya, walaupun sampai sekarang saya pun belum bisa memainkannya. Bisa Jadi karena saya bukan seorang seniman yang begitu gampang untuk mempelajari sesuatu.

Hmmm. Jadi apapun yang berkaitan dengan Jawa Barat, sangat menarik untuk dinikmati buat saya pribadi, salah satunya adalah Sumedang, salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang mempunyai 26 kecamatan, 7 kelurahan dan 270 desa. Kabupaten Sumedang ini memiliki jarak sekitar 45 km dari Kota Bandung yang mana Sumedang dilewati oleh Jalan antara Bandung dan Cirebon.

Mari sedikit kita kembali ke masa lalu tentang Sumedang untuk sekedar mengingat ya, Pada mulanya Sumedang adalah merupakan sebuah kerajaan di bawah pimpinan Raja Galuh yang didirikan oleh Prabu Geusan Ulu Aji Putih atas perintah Prabu Surya Dewata sebelum Kraton Galuh dipindahkan ke Pakuan Pajajaran, Bogor.

Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Pertama, menjadi Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya tampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke-12. Kemudian pada masa zaman Prabu Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi Kerajaan Sumedang Larang  (Sumedang berasal dari kata Insun Medal/Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan; aku menerangi dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya

Ketika Pakubuwono I harus memberikan konsesi kepada VOC, wilayah kekuasaan Sumedang diberikan kepada VOC, yang kemudian dipecah-pecah, sehingga wilayah Sumedang menjadi seperti yang dikenal pada masa kemerdekaan Indonesia sekarang.

Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno khas di Pulau Jawa, yaitu terdapat Alun – alun sebagai pusat kota yang dikelilingi Masjid Agung, rumah penjara, dan kantor pemerintahan. Di tengah alun-alun kota terdapat bangunan yang bernama Lingga, tugu peringatan yang dibangun pada tahun 1922. Dibuat oleh Pangeran Siching dari Negeri Belanda dan dipersembahkan untuk Pangeran Aria Suria Atmaja atas jasa – jasanya dalam mengembangkan Kabupaten Sumedang. Lingga diresmikan pada tanggal 22 Juli 1922 oleh Gubernur Jenderal Mr. Dr. Dirk Fock. Sampai saat ini Lingga dijadikan lambang daerah Kabupaten Sumedang dan tanggal 22 April diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Lambang Kabupaten Sumedang, Lingga, diciptakan oleh R. Maharmartanagara, putra seorang Bupati Bandung Rd. Adipati Aria Martanagara, keturunan Sumedang. Lambang ini diresmikan menjadi lambang Sumedang pada tanggal 13 Mei 1959.

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumedang erat kaitannya dengan peristiwa di atas. Terdapat tiga sumber yang dijadikan pegangan dalam menentukan Hari Jadi Kabupaten Sumedang:

  • Pertama : Kitab Waruga Jagat, yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk dijadikan pegangan atau penentuan Hari Jadi Sumedang. “Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir,” artinya: Kerajaan Pajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir.
  • Kedua : Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjaya Kusumah yang menyertakan antara lain: “Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra (harita teu kabawa kasasaha) di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran,” artinya: Pangeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Sumedang Larang setelah Kerajaan Pajajaran berakhir.
  • Tiga : Dibuat Prof. Dr. Husein Djajadiningrat berjudul: Critise Beshuocing van de Sejarah Banten. Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibukota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Ahad 1 Muharam tahun Alif.

Mengacu pada ketiga sumber di atas, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Jadi Sumedang yang dihadiri para sejarawan masing – masing Drs. Said Raksa Kusumah; Drs. Amir Sutaarga; Drs. Saleh Dana Sasmita; Dr. Atja dan Drs. A Gurfani, berhasil menyimpulkan bahwa 14 Syafar Tahun Jim Akhir itu jatuh pada tahun 1578 Masehi, bukan tahun 1579, tepatnya 22 April 1578.

Atas dasar itu DPRD Daerah Tingkat II Sumedang waktu itu, dalam Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, Tanggal 8 Oktober 1973, menetapkan tanggal 22 April 1578 sebagai Hari Jadi Kabupaten Sumedang.

Nah itulah sekilas tentang Sumedang mulai dari masa Kerajaan, masa Kolonial hingga sesudah kemerdekaan. Untuk saat ini, bisa kita lihat dengan cara berkunjung ke Sumedang, untuk lebih lanjutnya ya.

Kembali ke cerita tentang destinasi wisata Sumedang ya biar kita sedikit bisa bermimpi untuk mengunjungi Sumedang ini. Sumedang ternyata tidak hanya terkenal dengan Tahunya, ternyata ada banyak destinasi wisata yang wajib di kunjungi ketika kesana, walaupun sebenarnya saya sendiri belum tercapai untuk ke sana, mudah-mudahan suatu saat nanti saya diberi kesempatan oleh Gusti Allah untuk menginjakan kaki saya di Tanah Pasundan.

Karena belum kesampaian ke sana, saya pun menjelajah dunia maya dulu untuk melihat potensi wisata di daerah Sumedang, Jawa Barat. Dari hasil penelusuran saya di dunia maya, destinasi wisata Sumedang selain bagus ternyata bagus juga untuk spot photo bagi kalian yang suka berphoto ria di tempat wisata atau yang suka menjadikan tempat wisata sebagai studio photo.

Jika kalian pecinta wisata alam atau ingin berhiking ria di Sumedang bisa mengunjungi beberapa destinasi wisata alam yang ada di Sumedang. Adapun beberapa destinasi wisata alam seperti Curug Cinulang yang berlokasi di Cicalengka Sindang Wangi, Sindulang, Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Kunci yang berlokasi di Sumedang Selatan. Bumi perkemahan Kiara Payung yang berlokasi di Sukasari, Cilayung Kab. Sumedang. Curug Buhud yang berlokasi di Sukatani, Tanjung Medar, Sumedang. Wana Wisata CIburial yang berlokasi di Cimalaka, Sumedang, Gunung Calancang. Curug Cigorobok yang berlokasi di Sumedang Selatan. Curug Sabuk yang berlokasi di Desa Margamekar, Sumedang. Perkebunan Teh Margawindu yang berlokasi di Citengah Sumedang Selatan. Gunung Tampomas yang berlokasi di Cimalaka Sumedang. Situ Cilembang yang berlokasi di Hariang Buahdua Sumedang. Curug Ciputra Wangi yang berlokasi di Congeang, Sumedang, Curug Cipongkor yang berlokasi di Desa Ciherang, Sumedag Selatan. Air Sirah Cipelang yang berlokasi di Congeang Sumedang. Pangjugjugan yang berlokasi di desa Cilembu. Mata Air Cikandung yang berlokasi di Cimalaka. Nangorak Camping ground yang berlokasi di Margamekar Sumedang Selatan.

Selain wisata Alam di atas, untuk teman-teman yang hobby paralayang juga bisa lo berkunjung ke Sumedang, karena Sumedang juga menawarkan spot untuk terbang yang cukup bagus pemandangannya. Yaitu di Batu Dua Gunung Lingga. Bahkan Kejuaraan Paragliding (Paralayang) tingkat internasional pernah diadakan di sini lo. Gimana? pasti tempatnya menarik untuk dikunjungikan?

Serta Sumedang juga mempunyai destinasi religi yang wajib kalian kunjungi jika berkunjung ke Sumedang ini. Seperti Mesjid Agung Sumedang yang berlokasi di Regol Wetan, Sumedang Selatan. Jika berkunjung ke Mesjid Agung ini jangan hanya berphoto ria y, sempatkan juga untuk sholat disini.

Nah, jika kali ingin mencoba wisata buatan juga bisa lo, karena Sumedang juga mempunyai destinasi wisata buatan yang tidak kalah menariknya, seperti Kampung Toga, Wisata Air Gajah Depa, Taman Endog, Menara Loji Jatingangor, Kolam renang Rancagoyang, Alun alun sumedang dan Pemandian Air Panas Cileungsing serta masih banyak yang lainnya, pasti kalian tidak akan rugi dan kecewa jika berkunjung ke Sumedang.

Oh y Sumedang juga mempunyai musem lo, bagi kalian yang suka dengan destinasi sejarah. Karena Sumedang juga mempunyai Museum Prabu Geusan Ulun. Apa yang bisa di lihat disini? Yang bisa kalian lihat adalah peninggalan benda-benda bersejarah dan barang-barang pusaka leluhur Sumedang sejak Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang dan  Bupati-bupati yang memerintah di Kabupaten Sumedang dahulu.

Yang tidak kalah pentingnya dalam hubungan emosional bagi rakyat Sumatra khususnya Aceh, Yaitu adanya makam Ibu Perbu atau yang lebih dikenal secara nasional adalah Cut Nyak Dien. Adalah seorang Pahlawan Nasional yang berasal dari Aceh.

Beliau diasingkan ke Sumedang oleh Belanda, karena takut akan pengaruh beliau yang masih kuat bagi rakyat Aceh, tetapi Belanda merahasiakan identitas beliau ketika sampai di Sumedang. Walaupun dalam kebutaan beliau masih tetap menyiarkan Islam serta mengajarkan baca al-quran kepada masyarakat Sumedang pada waktu itu. Hingga kematiannya pun warga Sumedang belum tahu identitas aslinya bahwa beliau adalah seorang Pejuang.

Baru setelah 50 tahun setelah kematian beliau barulah diketahui bahwa beliau adalah seorang pejuang, berkat penelusuran Gubernur Aceh saat itu Ali Hasan yang mendapatkan dokumen tentang Cut Nyak Dien di Belanda. Hingga saat ini pun banyak warga Aceh yang berada di Sumedang melakukan ziarah ke Makan Cut Nyak Dien.

Bagaimana? Tertarik kan untuk berkunjung ke Sumedang? Paling tidak kita mengetahui bahwa Sumedang tidak hanya terkenal dengan TAHU saja. Ada banyak juga yang bisa disaksikan dan dinikmati di Sumedang, Ayo Berkunjung ke Sumedang, rasakan pengalaman ke Sumedang.

Sumber photo : http://m.sinarpaginews.com/wisata-6/3283/10-tempat-wisata-di-kabupaten-sumedang.html

Sumber informasi :

  1. https://wisatalengkap.com/tempat-wisata-di-sumedang/
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumedang
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien

Leave a Reply:

Your email address will not be published. Required fields are marked *