Sekilas Tentang Orang Pendek
August 24, 2009
Orang Pendek adalah nama yang paling umum diberikan untuk cryptid yang dilaporkan hidup di hutan-hutan pulau Sumatra. Binatang ini telah dilihat dan didokumentasikan selama 100 tahun oleh penghuni hutan, penduduk desa, Kolonis Belanda, dan ilmuwan dan pengelana Barat. Konsensus antara saksi adalah binatang itu merupakan primatabergerak yang hidup di tanah dan ditutupi oleh bulu pendek dan memiliki tinggi sekitar 80 cm dan 150 cm.Cerita mengenai Orang Pendek, makhluk seperti kera yang berjalan tegak di Taman Nasional Kerinci Seblat, sudah sering terdengar. Namun bukti mengenai keberadaannya masih simpang siur hingga kini. Untuk mengetahui secara pasti apakah orang pendek benar ada, dua penjelajah amatir dari Inggris akan berusaha memfilmkan makhluk-makhluk misterius tersebut.
Adam Davies, dari Bramhall, Greater Manchester, dan Andrew Sanderson, dari Newcastle-upon-Tyne, saat ini berada di hutan -hutan Sumatra untuk mencari orang pendek. Tiga tahun lalu mereka menemukan jejak kaki dan helai-helai rambut yang ketika dianalisa oleh para ilmuwan, ternyata berasal dari spesies asing yang belum diketahui.
Temuan itu membuat keduanya yakin bahwa orang pendek — atau gugu, sedapa, sedabo, dan atu, sebutan masyarakat setempat bagi makhluk-makhluk itu– benar-benar ada.
Adapun cerita mengenai orang pendek pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah Marco Polo tahun 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos oleh para ilmuwan, seperti halnya yeti di Himalaya dan monster Loch Ness.
Orang Pendekberbentuk seperti kera, namun berjalan tegak seperti manusia Menurut cerita, orang pendek diduga masih kerabat orang hutan berukuran tinggi 1,5 meter dan berjalan tegak seperti manusia. Kebanyaka orang yang mengaku melihatnya, menjumpai orang pendek di hutan-hutan sekitar Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci di Sumatra, dimana Davies dan Sanderson menemukan jejak tahun 2001.
Jejak kaki dan dua rambut berwarna merah cokelat itu dianalisa oleh Dr Hans Brunner, dan disebutkan berasal dari spesies yang belum diketahui. Hal ini makin menguatkan perkiraan mengenai keberadaan orang pendek. “Saat ini kami ingin memperoleh bukti yang lebih kuat dengan merekamnya,” kata Davies. “Pencarian ini mungkin akan sulit karena wilayah yang sangat luas, namun kami memutuskan untuk terus mencarinya.”
Apabila benar ada, maka penemuan Orang Pendek ini pastilah bakal menggemparkan dunia, sama halnya bila seseorang berhasil menemukan yeti di Himalaya. Meski begitu –sekali lagi bila benar ada– maka masa depan makhluk-makhluk ini sepertinya bakal suram karena ancaman penebangan liar yang merusak habitat hutan Sumatra.
Perlu diketahui, pencarian orang pendek ini adalah salah satu ekspedisi perburuan makhluk mitos yang mereka lakukan. Tahun lalu keduanya mencari Allghoi Khorkhoi, cacing mematikan Mongolia di gurun Gobi. Pencarian tersebut tidak membuahkan hasil, malahan mereka ditangkap karena disangka mata-mata.
Ekspedisi juga sudah di lakukan oleh National Geographic Society America oleh Peter Tse Ulrich, Alex Shclegel, Timothy Mowrer dengan memakai jasa seorang pemandu lokal Sahar Dimus. yang belum juga membuahi hasil yang memuaskan.
Banyak sumber yang menyebutkan tentang hubungan Orang Pendek dan Suku Anak Dalam mempunyai hubungan yang sangat dekat dan sering berinteraksi bahkan mereka berbagi tempat di kawasan hutan. Tetapi menurut penulusuran Dally Sandra dan Sahar Dimus beberapa waktu lalu, menyebutkan bahwa Suku Anak Dalam tidak mempunyai hubungan dengan orang pendek, dan mereka menyebut orang pendek dengan nama Hantu Lipai, Suku Anak Dalam juga jarang bertemu dengan Orang Pendek di hutan.
Sampai Kapan Orang Pendek ini menjadi misteri? Akankah terpecahkan misteri Orang Pendek? Kita tunggu saja ekspedisi-ekspedisi berikutnya.
Adam Davies, dari Bramhall, Greater Manchester, dan Andrew Sanderson, dari Newcastle-upon-Tyne, saat ini berada di hutan -hutan Sumatra untuk mencari orang pendek. Tiga tahun lalu mereka menemukan jejak kaki dan helai-helai rambut yang ketika dianalisa oleh para ilmuwan, ternyata berasal dari spesies asing yang belum diketahui.
Temuan itu membuat keduanya yakin bahwa orang pendek — atau gugu, sedapa, sedabo, dan atu, sebutan masyarakat setempat bagi makhluk-makhluk itu– benar-benar ada.
Adapun cerita mengenai orang pendek pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah Marco Polo tahun 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos oleh para ilmuwan, seperti halnya yeti di Himalaya dan monster Loch Ness.
Orang Pendekberbentuk seperti kera, namun berjalan tegak seperti manusia Menurut cerita, orang pendek diduga masih kerabat orang hutan berukuran tinggi 1,5 meter dan berjalan tegak seperti manusia. Kebanyaka orang yang mengaku melihatnya, menjumpai orang pendek di hutan-hutan sekitar Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci di Sumatra, dimana Davies dan Sanderson menemukan jejak tahun 2001.
Jejak kaki dan dua rambut berwarna merah cokelat itu dianalisa oleh Dr Hans Brunner, dan disebutkan berasal dari spesies yang belum diketahui. Hal ini makin menguatkan perkiraan mengenai keberadaan orang pendek. “Saat ini kami ingin memperoleh bukti yang lebih kuat dengan merekamnya,” kata Davies. “Pencarian ini mungkin akan sulit karena wilayah yang sangat luas, namun kami memutuskan untuk terus mencarinya.”
Apabila benar ada, maka penemuan Orang Pendek ini pastilah bakal menggemparkan dunia, sama halnya bila seseorang berhasil menemukan yeti di Himalaya. Meski begitu –sekali lagi bila benar ada– maka masa depan makhluk-makhluk ini sepertinya bakal suram karena ancaman penebangan liar yang merusak habitat hutan Sumatra.
Perlu diketahui, pencarian orang pendek ini adalah salah satu ekspedisi perburuan makhluk mitos yang mereka lakukan. Tahun lalu keduanya mencari Allghoi Khorkhoi, cacing mematikan Mongolia di gurun Gobi. Pencarian tersebut tidak membuahkan hasil, malahan mereka ditangkap karena disangka mata-mata.
Ekspedisi juga sudah di lakukan oleh National Geographic Society America oleh Peter Tse Ulrich, Alex Shclegel, Timothy Mowrer dengan memakai jasa seorang pemandu lokal Sahar Dimus. yang belum juga membuahi hasil yang memuaskan.
Banyak sumber yang menyebutkan tentang hubungan Orang Pendek dan Suku Anak Dalam mempunyai hubungan yang sangat dekat dan sering berinteraksi bahkan mereka berbagi tempat di kawasan hutan. Tetapi menurut penulusuran Dally Sandra dan Sahar Dimus beberapa waktu lalu, menyebutkan bahwa Suku Anak Dalam tidak mempunyai hubungan dengan orang pendek, dan mereka menyebut orang pendek dengan nama Hantu Lipai, Suku Anak Dalam juga jarang bertemu dengan Orang Pendek di hutan.
Sampai Kapan Orang Pendek ini menjadi misteri? Akankah terpecahkan misteri Orang Pendek? Kita tunggu saja ekspedisi-ekspedisi berikutnya.
Saya adalah seorang penggemar Cryptozoology, Hiking, Camping, Traveling, Saya menulis di blog untuk membagikan pengalaman saya. Terima kasih telah berkunjung